. . .
<h1>Kasus Sandal Jepit, Dosen UGM Akhirnya ke Imigrasi Pakai Sepatu</h1>

Kasus Sandal Jepit, Dosen UGM Akhirnya ke Imigrasi Pakai Sepatu



Bagus Kurniawan - detikNews

Description: http://images.detik.com/customthumb/2013/02/07/10/172238_imigrasi1.jpg?w=460
Yogyakarta - - Meski sempat ditolak gara-gara memakai sandal jepit saat mengurus paspor di Kantor Imigrasi Yogyakarta, Dosen UGM Oce Madril akhirnya memilih memakai sepatu untuk menyelesaikannya.

Oce kemudian menuju Kantor Pusat Kajian Anti Korupsi (Pukat) Fakultas Hukum (FH) Universitas Gadjah Mada (UGM) di kompleks Bulaksumur, Yogyakarta untuk mengambil sepatu. Sebab setiap hari dari rumah hanya mengenakan sandal jepit saja. Sedangkan sepatunya ditaruh di kantor Pukat UGM.

"Saya memakai sepatu ketika hendak mengajar atau ke kantor Pukat. Dari rumah hanya pakai sandal. Memang tadi pagi saya dari rumah hanya pakai sandal jepit saja, seperti biasa," ungkap Oce Madril saat melaporkan kasusnya di kantor Ombudsman Perwakilan Yogyakarta di Jl Wolter Monginsidi, Kamis (7/2/2013).

Dia ke kantor Imigrasi untuk mengurus paspornya yang hilang karena dicuri. Sebab dia akan pergi ke luar negeri lagi. Pagi itu dia dari rumah langsung menuju kantor Imigrasi di jl Solo, Maguwo, Sleman untuk mengurus paspor dengan membawa semua dokumen lengkap.

"Karena paspor saya hilang, akan di BAP dulu oleh petugas," kata Oce menceritakan kronologi penolakan memakai sandal jepit.

Saat masuk, dia sempat diingatkan oleh seorang petugas yang menyatakan tidak boleh. Oce pun sempat berkilah dengan alasan hanya sebentar untuk wawancara saja.

Dia pun kemudian masuk dan akan dilakukan wawancara oleh petugas Imigrasi bernama Teja Harso Pamungkas. Namun karena paspornya hilang, oleh petugas kemudian dibuat BAP lebih dulu oleh petugas bernama Asmawi.

Saat itu lanjut Oce, petugas menyatakan sekali lagi tidak boleh. Petugas menyarankan untuk meminjam sepatu kepada teman ataupun mencari sepatu pinjaman.

"Saya pilih pulang mengambil sepatu di Pukat dan setelah itu kembali lagi," katanya.

Setelah itu wawancara bisa dilakukan lagi. Kepada petugas, Oce membubuhkan sebuah catatan bila dirinya sempat ditolak wawancara karena memakai sandal jepit.

"Saya memberikan catatan karena petugas menanyakan apakah ada catatan. Ya saya memberikan catatan karena sempat ditolak wawancara karena memakai sandal jepit," katanya.

Oce mengaku dirinya melaporkan kasus ini ke Ombudsman karena dianggap menghalangi dirinya sebagai warga negara untuk mendapatkan pelayanan paspor. Sebab kantor pelayanan publik itu tidak boleh menghalangi dan harus memberikan layanan pada semua warga negara.

Di kantor Imigrasi, dia sempat mengambir gambar melalui kamera di handphone-nya mengenai beberapa barang atau alat yang tidak diperbolehkan masuk di kantor imigrasi. Gambar itu diantaranya gambar larangan memakai sandal jepit, memotret, membawa senjata api, merokok dll.